Selasa, 29 Juni 2010

KRETERIA PLUS ORANG TUA DAN GURU YANG SUKSES

1. Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak mulia
2. Mampu menciptakan pendidikan yang dinamis, sejuk, penuh dengan nilai-nilai Islam dan nyaman bagi semua pihak atas dasar Dinul Islam.
3. Mampu memimpin keluarga dan anak didik dan dapat memberikan ketenangan kepada keluarga, masyarakat dan bangsa kita.
4. Dapat menjadi figur bagi anak generasi berakhlaq dan menjadi teladan bagi semua orang.
5. Mampu memberikan pengaruh yang positif menuju perubahan ke arah yang lebih maju
6. Mampu bersabar, tenang dan berbesar jiwa dalam setiap keadaan.
7. Mampu bersikap tegas tapi santun, siap dikritik dan diberi saran
8. Mampu memecahkan persoalan, mampu memperhatikan kesulitan ummat
9. Bijak menyikapi pengaduan, serta adil dalam menyikapi konflik
10. Mampu memberikan motifasi untuk peningkatan proses belajar dalam pendidikan.
11. Bertanggung jawab terhadap semua keputusan yang telah disepakati.

“Semoga Allah Subhanuhu Wa Ta’ala menjadikan kita Guru dan Orang Tua serta pemimpin yang adil.

Selasa, 06 April 2010

Melihat Realitas Pendidikan Saat Ini

Pendidikan yang kini kita rasakan belum dapat menjamin generasi muda kita menjadi penerus yang lebih baik dikarenakan ada beberapa faktor yang hilang dalam pendiidkan itu sendiri, bisa kita melihat salah satu faktor yang tidak terpenuhi dalam hal ini adalah sistem pendidikan yang semakin hari semakin tidak jelas serta di perpuruk dengan sistem monitoring dan evaluasi yang tidak seimbang yang mengakibatkan cedera pendidikan semakin parah, belum lagi kita melihat kebijakan pemerintah yang setiap waktu berubah sesuai dengan kecenderungan dan kepentingan pemahaman yang berbeda – beda yang kemudian mengakibatkan seluruh sendi pendikan kebingunan entah mau melangkah kemana? dengan setiap ganti pemimpin maka akan berganti pula kebijakan yang diaplikasikan, walaupun sebagian orang mengatakan pencapaian sarana dari sisi bangunan sekolah saat ini sudah terlihat sedikit lebih baik dari sebelumnya , namum kwalitasnya dirasakan belum memenuhi keinginan ummat. Kemerosotan itu disebabkan oleh berbagai faktor, satu diantaranya adalah ketidak fahaman terhadap tujuan Pendidikan. Sebagian pendidik dan lembaga pendidikan berpandangan bahwa tujuan pendidikan adalah menyampaikan ilmu pengetahuan. Akibatnya semua usaha pendidikan hanya ditujuan untuk mentransmisikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Disamping itu juga yang lebih besar pengaruhnya bila dilhat dari ‘serius” dengan segala kepentingan yang berpihak kepada semua masyarakat memberikan pelayanan yang penuh dan anggaran yang tepat dan transparan serta adil dalam pemberiannya sehingga mengakibatkan semangat perbaikan untuk lebih baik hanya terjadi pada wacana saja tidak dapat menyentuk lapisan aplikator seperti sekolah dan guru yang menjadi vioner perubahan dan pelaksanaan kebijakan tersebut. Sehingga apa yang terjadi saat ini adalah akbiat dari pemerintah kita yang tidak berpihak kepada kepentingan pendidikan kita. Maka dalam pendidkan harus kita evaluasi dan memperjelas tujuan pendidikan yang sebenarnya

Kebutuhan terhadap tujuan
Kebutuhan sistim dan lembaga Pendidikan terhadap tujuan disebabkan oleh dua masalah penting lainnya, yaitu:
1. Sistim pendidikan yang berkembang di negara kita adalah sistim yang diimpor dari barat. Sistim tersebut tidak serasi dengan budaya dan kebiasaan masyarakat indonesia. Kekhawatiran kita terhadap budaya Barat bukan berarti kita menutup diri dari semua budaya ini, tapi kita harus mempelajarinya dengan hati-hati dan kritis, dan menganggapnya sebagai salah satu informasi. Untuk mengatasi kesensitipan interaksi budaya itu dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal: (a) siapa yang kita pilih untuk berinteraksi itu; (b) pada umur berapa mereka kita bolehkan berinteraksi; dan (c) di mana tempat interaksi itu dilakukan.
2. sistim pendidikan di negara indonesia masih merupakan penceplakan terhadap model pendidikan lama yang berkembang di negara-negara barat. Pendidikan model lama itu belum memahami tujuan Pendidikan tersebut tidak menghayati hubungan tujuan dengan proses pendidikan. Tujuan satu-satunya yang terlihat dalam pendidikan lama ini adalah mentranformasikan budaya orang tua kepada anak-anaknya tanpa melakukan pengembangan dan tanpa memperhatikan kebutuhan masa depan anak tersebut. Hal ini sama dengan apa yang diungkap Allah dalam surat Az-zuhruf ayat 22.
Oleh sebab itu kurikulum yang diberikan kepada anak-anak saat ini sama dengan apa yang diberikan pada masa yang lalu tanpa memperhatikan perbedaan kebutuhan saat ini Akibat ketidak pahaman tujuan ini lahirlah keterbelakangan di berbagai lembaga pendidikan, baik dalam bidang kurikulum ataupun dalam bidang metode. Dan yang lebih naif lagi timbulnya dualisme, atau dikotomi dalam sistim pendidikan.

Terjadinya kehilangan tujuan dalam pendidikan mengakibatkan banyak terjadi kehancuran yang terpampang dalam kehidupan kita hari ini, dimana perkelahian pelajar menjadi tontongan harian yang tidak lepas dari tayangan televise dan media cetak yang ada, perkelahian pelajar terjadi dimana-mana. Di Jakarta misalnya, titik rawan perkelahian sudah melebar sampai ke daerah pinggiran Jakarta, Botabek. di desa Kreo, Ciledug misalnya, pagi buta mereka sudah baku hantam. Yang lebih memprihatinkan lagi perkelahian itu telah merebak ke tingkat mahasiswa.

Perkelahian ini telah merebak semenjak tahun 1995. Sampai bulan Mei 1996 saja telah tercatat 4 % sekolah menengah di Jakarta yang berjumlah 3.178 dengan 832.306 pelajar, terlibat dalam perkelahian. Data pada tahun terakhir ini belum ada yang dihimpun dengan baik. Sehingga masalah perkelahian pelajar ini telah menjadi keprihatinan berbagai kalangan, baik pendidik, ataupun pihak keamanan..

Yang menjadi pertanyaan, kenapa mereka jadi beringas ?
Siapakah yang bersalah dalam hal ini? Gurukah yang bersalah, atau orang tua yang kurang memperhatikan perkembangan anaknya, atau ketidak-pedulian masyarakat yang membawa bencana ini, atau barangkali pelajar yang pada umur ini yang mempunyai karakter yang tidak normal ? atau pemerintah yang membuat sistem seperti saat ini yang menimbulkan libah bencana besar ini? boleh jadi semua masalah tersebut sama-sama mempunyai andil dalam menciptakan situasi perkelahian pelajar itu.

Namun berikut ini kita hanya mencoba melihat sejauh-mana Pendidikan ikut bertanggung jawab terhadap gejala perkelahian itu. Kita menyadari bahwa perkelahian itu terjadi sewaktu mereka masih menuntut ilmu di sekolahnya, Sedangkan di sekolah mereka mendapatkan pelajaran tata krama, akhlaq dan sebagianya dari guru-guru mereka. Ditinjau dari gelaja ini, berarti misi pendidikan agama belum mencapai kesuksesan, atau dalam bahasa yang lebih lugas, misi pendidikan mengalami kegagalan.

Yang menjadi pertanyaan, dalam hubungan dengan tanggung jawab Pendidikan terhadap perkelahian tersebut, apakah yang menyebabkan misi tersebut tidak mencapai sasarannya?
Apakah alokasi waktu yang tidak memadai untuk pendidikan karakter yang menyebabkan kegagalan itu ?
atau kurikulum yang dirancang yang tidak memuat nilai etika yang memadai?
Atau guru hanya menyampaikan pelajaran tidak memberikan contoh tauladan yang baik dan semata-mata sebagai sebuah ilmu, dalam arti guru tidak menghayati misi pendidikan? Apakah pemerintah juga sudah kehilangan sistem yang paling baik untuk membentuk pelajar yang bermoral?

Minggu, 28 Maret 2010

UJIAN NASIONAL GAGAL MORAL

(Oleh : Maukuf Pengamat Muda Pendidikan_Direktur Future Development Institute)

Tidak ada koordinasi dak komunikasi yang jelas, Tidak ada keterlibatan semua pihak yang berkepentingan seperti perguruan tinggi dalam pembuatan soal, mengakibatkan tidak adanya saling percaya antara satu dan lainnya, padahal ini yang paling penting, bagaimana menteri pendidikan naisonal dalam hal ini, mampu mengkomunikasikan kepentingan masyarakat (siswa – siswi ) kita untuk bisa diberikan peluang lebih besar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan system yang baik dan benar, kerjasama dengan pihak perguruan tinggi sangat penting dalam keterlibatannya untuk pembuatan soal dan sebagainya untuk bisa lebih memudahkan ketersambungan dan keberlangsungan tujuan dalam pendidikan nasional kita. Ini justru terjadi ketidak percayaan antara pihak – pihak yang sangat penting dalam pendidikan kita, terbukti pimpinan perguruan tinggi belum percaya terhadap hasil Ujian nasional.
Tertukranya soal untuk nomor ganjil ke nomor genap, adanya siswa yang membawa HP kedalam kelas, adanya siswa yang kerjasama dengan pengawas, Sering terjadinya kebocoran soal dan kecurangan. Ini adalah hal yang sangat menyedihkan dan merisaukan masyarakat dalam Ujian Nasional saat ini, dan yang lebih membahayakan dan meresahkan kita semua adalah menteri pendidikan nasional menganggap hal ini sebagai hal yang biasa saja. Padahal masalah tersebut menjadi boomerang yang besar menghancurkan tatanan kependidikan kita.
Sekian masalah yang terjadi dikarenakan tidak ada saling percaya, dan kerjasama dengan pihak – pihak yang punya kepentingan seperti perguruan tinggi sebagai langkah yang lebih cepat dan tepat dalam mengambil kebijakan kedepan lebih baik lagi, dan seharunya proses pemebelajaran sampai pada monitoring dan evaluasi harus dilakukan secara teratur dan jelas siapa yang harus terlibat didalamnya, tidak kemudian dengan spontanitas pemerintah membuat kebijakan – kebijakan yang justru melahirkan permsalahan – permasalahan yang lebih mendasar.
Dua orang siswa ditahan di Surabaya karena ada kasus pencurian dan diikutkan dalam Ujian Nasional ? Ini justru menunjukkan bahwa pemerintah kita hanya melakukan tes pada satu sisi saja, yaitu kognitifnya, dengan mengabaikan masalah afektif, apa kemudian kepentingannya anak yang sudah di berikan hukuman karena kegagalan sekolah atau pendidikan kita terhadap pendidikan moral sehingga anak didik terseret dalam hukum?. Ini justru membuktikan bahwa pendidikan kita gagal. Gagal secara aturan perundangan – undangan bahwa ternyata secara tidak sadar UN tidak menguji afektifnya kalau anak yang dipenjara tadi diluluskan. Kalau tidak kenapa harus di berikan UN?, kenapa kemudian tidak diperbaiki moral terlebih dahulu kemudian diberikan ujiannya, atau sebelumnya mereka tidak diajarkan moral disekolahnya? Ini jelas dan secara terang – terangan pemerintah gagal dalam pendidikan moral anak bangsa. Pendidikan kita terlihat lebih menekankan pada masalah mutu yang tinggi namun tergesa – gesa, lebih mengutamakan bangunan yang megah namun moral entah kemana?
Hilangnya kepercayaan pemerintah terhadap guru sebagai orang yang harus di gugu di tiru dalam pendidikan, mengakibatkan hilangnya kepercayaan guru juga terhadap kebijakan – kebijakan pemerintah, hal ini bila terjadi terus – menerus akan mengakibatkan hancurnya proses dan pengembangan masa depan bangsa, kalau sudah begini tamatlah pendidikan kita, karena kalau tidak percaya terhadap guru maka siapa lagi harus dipercaya, polisi? Dengan pengamanan yang ketat? Justru dengan demikian akan lebih banyak terjadi kecurangan – kecurangan yang baru, dan menghabiskan anggaran negara, padahal juga sudah ada pengawas satuan yang berfungsi secara penuh untuk melakukan pengawasan, sebenarnya solusi yang paling tepat adalah, pemerintah harus memberikan kepercayaan yang penuh kepada guru, dan kemudian tidak memaksakan pendapat sendiri tanpa diperhitungakan kemampuan guru dan aspek lainnya seperti fasilitas yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan, saya yakin guru yang diberikan kepercayaan dan system pendidikan kita sesuai dengan kemampuan masyarakat dan pemerintah adil dalam hal pendidikan ini maka proses peningkatan secara teratur dan komprehensip akan mampu menghasilkan mutu pendidikan yang berkualitas, bermoal dan bermanfaat untuk bangsa Indonesia.
Guru mengetahui segala – galanya tentang anak – anak mereka, bahasa dan prilaku yang akan digunakan, tanggung jawab secara moral dan akan mampu memberkan tauladan yang benar kepada anak didik mereka, sehingga mereka secara sadar akan tidak melakukan kecurangan, bukti yang sebenarnya dalam keberhaislan pendidikan ini menurut saya adalah lahirnya kejujuran sebagai bentuk moral yang nyata dari guru dan anak didik kita, dengan catatan pemerintah mendengarkan dan memberikan hak kepada sekolah untuk melakukan penilaian secara menyeluruh dan tidak hanya kognitif yang menjadi standar kelulusan dalam proses evaluasi, bila sudah sampai tingkat ini maka pemerintah tidak akan kewalahan dan susah untuk melakukan pengawasan dengan mengerahkan polisi dalam pengawalan ujian nasional ini, justru dengan keberhasilan melahirkan siswa yang bertanggung jawab, jujur dan memiliki moralitas yang benar, masalah – masalah yang lain seperti kebocoran soal akan langsung ditolak oleh siswa kita sendiri, namun kenapa tidak terjadi? Karena memang ujian nasional ini belum bisa menjadi jaminan masa depan anak bangsa. Tidak ada indikator moralitas yang menjadi tolok ukur kelulusan dalam evaluasi pendidikan.
Dalam ujian nasional ini guru, siswa dan masyarkat melihat dan merasa tertekan secara psicologis, dimana Ujian Nasional ini sepertinya bagaikan area yang sangat bermasalah dan berbahaya sehingga disana sini ada polisi. polisi dikerahkan dan mengawasi setiap gerak siswa, cukup membuat kita semakin tidak percaya arah dan tujuan pendidikan kita mau seperti apa? mungkin pemerintah lupa bahwa keberhasilan itu bukan karena ditakut – takutkan, atau diawasi dengan ketat? pemerintah lupa bahwa kekuatan hadirnya kejujuran sebagai bentuk moralitas yang hakiki yang lahir atas proses pendidikan yang benar?, kenapa tidak pada pagi hari sebelum ujian dimulai, terlebih dahulu diberikan motivasi tentang kejujuran dan tanggungjawab terhadap apa yang akan dilakukan?, alih – alih demikian di Surabaya diturunkan 174 personil yang akan mengawal soal ujian dan polisi akan datang pada pagi hari sebelum siswa masuk kesekolah. Saya melihat ini hal yang “paling lucu, lucu bin aneh”, walaupun memang benar Ujian ini sangat bermasalah, namun jangan ditambah masalah lagi.
Mestinya pemerintah dengan mengetahui kecurangan, kebocoran yang terjadi harus mengevaluasi kenapa ini bisa terjadi berulang – ulang, dan pelakunya adalah orang yang dekat dengan siswa, sebenarnya pemerintah harusnya sudah mengatahui dan mengambil kebijakan yang lebih tepat bagaimana porses monitoring dan evaluasi yang menjadi standar kelulusan yang paripurna bin komprehensip harus dilakukan sekarnag juga, sehingga tidak memberikan peluang yang lebih besar untuk menorehkan tinta kotor dalam dunia pendidikan kita.
Dari sanki yang diberikan hanya sanki yang bersifat normatif saja, tidak ada yang mampu memberikan efek jera dan kesadaran dalam prilakunya, ini juga memberikan peluang yang besar terhadap kecurangan yang baru. seperti Ujian penggantian dilakukan bagi sekolah yang ketahuan siswanya menerima bocora soal, dan yang aneh ulangan pengganti disekolah yang tidak jujur akan dilaksanakan pada 5 april, (rupublika-29 maret 2010), kejadian keucarangan, kebocoran soal dan lainnya, tidak hanya terjadi tahun ini, tahun yang lalu juga terjadi kebocoran soal dan adanya kunci jawaban yang disebarkan, sekolah sebuah institusi, dan kejadian bisa terjadi demikian, artinya pasti ada masalah dengan pemerintah yang tidak mampu memberikan pertimbangan kenapa harus Ujian Nasional yang dilakukan sampai saat ini juga, artinya secara tidak langsung ini sebuah penolakan yang real bahwa masih banyak sekolah yang belum siap dengan ujian nasional, kaena dengan segala kekurangan yang belum ada. Kalaupun mereka sudah siap secara materil, pendidikm sarana dan lain sebagainya. Ada kemampuan moril yang lebih penting belum tercapai. Namun pemerintah masih kekeh untuk melakukan ini semua. Padahal Ujian Nasional ini tidak hanya satu – satunya jalan untuk mampu meningkatkan kualitas mutu pendidkan kita, dengan demikian terjadilah kecurangan – kecurangan yang menunjukkan kepada kita semua dan dunia bahwa ujian nasional ini “gagal moral”.
Maka sebenarnya pemerintah ini masih bisa memperbaiki citra pendidikan kita dengan mangambil jalan tengah, jalan tengah yang saya maksudkan adalah, pertama silahkan pemerintah melakukan Ujian Nasional namun standar kelulusan itu harus meliputi tiga aspek yang ada seperti kognitif, afektif dan psikomotorik. Tidak kemudian hanya kognitif saja. Kedua, saya sepakat dengan Ujian Nasional ini, namun Ujian Nasional ini sebagai alat ukur pemetaan mutu pendidikan, dengan dimikian maka tindak lanjutnya adalah perlakukan masing – masing daerah sesuai dengan mutu yang ada dengan membuatkan standar umum. Sehingga mudah melakukan pengembangan dan akan bisa melahirkan “keadilan” dalam dunia pendidikan kita. Saya sakin dengan demikian akan lahir kejujuran karena kita bisa memberikan kebutuhan sesuai dengan hak dan kemampuan mereka. Dan kita tidak perlu tergesa – gesa.

UJIAN NASIONAL GAGAL MORAL

(Oleh : Maukuf Pengamat Muda Pendidikan_Direktur Future Development Institute)

Tidak ada koordinasi dak komunikasi yang jelas, Tidak ada keterlibatan semua pihak yang berkepentingan seperti perguruan tinggi dalam pembuatan soal, mengakibatkan tidak adanya saling percaya antara satu dan lainnya, padahal ini yang paling penting, bagaimana menteri pendidikan naisonal dalam hal ini, mampu mengkomunikasikan kepentingan masyarakat (siswa – siswi ) kita untuk bisa diberikan peluang lebih besar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan system yang baik dan benar, kerjasama dengan pihak perguruan tinggi sangat penting dalam keterlibatannya untuk pembuatan soal dan sebagainya untuk bisa lebih memudahkan ketersambungan dan keberlangsungan tujuan dalam pendidikan nasional kita. Ini justru terjadi ketidak percayaan antara pihak – pihak yang sangat penting dalam pendidikan kita, terbukti pimpinan perguruan tinggi belum percaya terhadap hasil Ujian nasional.
Tertukranya soal untuk nomor ganjil ke nomor genap, adanya siswa yang membawa HP kedalam kelas, adanya siswa yang kerjasama dengan pengawas, Sering terjadinya kebocoran soal dan kecurangan. Ini adalah hal yang sangat menyedihkan dan merisaukan masyarakat dalam Ujian Nasional saat ini, dan yang lebih membahayakan dan meresahkan kita semua adalah menteri pendidikan nasional menganggap hal ini sebagai hal yang biasa saja. Padahal masalah tersebut menjadi boomerang yang besar menghancurkan tatanan kependidikan kita.
Sekian masalah yang terjadi dikarenakan tidak ada saling percaya, dan kerjasama dengan pihak – pihak yang punya kepentingan seperti perguruan tinggi sebagai langkah yang lebih cepat dan tepat dalam mengambil kebijakan kedepan lebih baik lagi, dan seharunya proses pemebelajaran sampai pada monitoring dan evaluasi harus dilakukan secara teratur dan jelas siapa yang harus terlibat didalamnya, tidak kemudian dengan spontanitas pemerintah membuat kebijakan – kebijakan yang justru melahirkan permsalahan – permasalahan yang lebih mendasar.
Dua orang siswa ditahan di Surabaya karena ada kasus pencurian dan diikutkan dalam Ujian Nasional ? Ini justru menunjukkan bahwa pemerintah kita hanya melakukan tes pada satu sisi saja, yaitu kognitifnya, dengan mengabaikan masalah afektif, apa kemudian kepentingannya anak yang sudah di berikan hukuman karena kegagalan sekolah atau pendidikan kita terhadap pendidikan moral sehingga anak didik terseret dalam hukum?. Ini justru membuktikan bahwa pendidikan kita gagal. Gagal secara aturan perundangan – undangan bahwa ternyata secara tidak sadar UN tidak menguji afektifnya kalau anak yang dipenjara tadi diluluskan. Kalau tidak kenapa harus di berikan UN?, kenapa kemudian tidak diperbaiki moral terlebih dahulu kemudian diberikan ujiannya, atau sebelumnya mereka tidak diajarkan moral disekolahnya? Ini jelas dan secara terang – terangan pemerintah gagal dalam pendidikan moral anak bangsa. Pendidikan kita terlihat lebih menekankan pada masalah mutu yang tinggi namun tergesa – gesa, lebih mengutamakan bangunan yang megah namun moral entah kemana?
Hilangnya kepercayaan pemerintah terhadap guru sebagai orang yang harus di gugu di tiru dalam pendidikan, mengakibatkan hilangnya kepercayaan guru juga terhadap kebijakan – kebijakan pemerintah, hal ini bila terjadi terus – menerus akan mengakibatkan hancurnya proses dan pengembangan masa depan bangsa, kalau sudah begini tamatlah pendidikan kita, karena kalau tidak percaya terhadap guru maka siapa lagi harus dipercaya, polisi? Dengan pengamanan yang ketat? Justru dengan demikian akan lebih banyak terjadi kecurangan – kecurangan yang baru, dan menghabiskan anggaran negara, padahal juga sudah ada pengawas satuan yang berfungsi secara penuh untuk melakukan pengawasan, sebenarnya solusi yang paling tepat adalah, pemerintah harus memberikan kepercayaan yang penuh kepada guru, dan kemudian tidak memaksakan pendapat sendiri tanpa diperhitungakan kemampuan guru dan aspek lainnya seperti fasilitas yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan, saya yakin guru yang diberikan kepercayaan dan system pendidikan kita sesuai dengan kemampuan masyarakat dan pemerintah adil dalam hal pendidikan ini maka proses peningkatan secara teratur dan komprehensip akan mampu menghasilkan mutu pendidikan yang berkualitas, bermoal dan bermanfaat untuk bangsa Indonesia.
Guru mengetahui segala – galanya tentang anak – anak mereka, bahasa dan prilaku yang akan digunakan, tanggung jawab secara moral dan akan mampu memberkan tauladan yang benar kepada anak didik mereka, sehingga mereka secara sadar akan tidak melakukan kecurangan, bukti yang sebenarnya dalam keberhaislan pendidikan ini menurut saya adalah lahirnya kejujuran sebagai bentuk moral yang nyata dari guru dan anak didik kita, dengan catatan pemerintah mendengarkan dan memberikan hak kepada sekolah untuk melakukan penilaian secara menyeluruh dan tidak hanya kognitif yang menjadi standar kelulusan dalam proses evaluasi, bila sudah sampai tingkat ini maka pemerintah tidak akan kewalahan dan susah untuk melakukan pengawasan dengan mengerahkan polisi dalam pengawalan ujian nasional ini, justru dengan keberhasilan melahirkan siswa yang bertanggung jawab, jujur dan memiliki moralitas yang benar, masalah – masalah yang lain seperti kebocoran soal akan langsung ditolak oleh siswa kita sendiri, namun kenapa tidak terjadi? Karena memang ujian nasional ini belum bisa menjadi jaminan masa depan anak bangsa. Tidak ada indikator moralitas yang menjadi tolok ukur kelulusan dalam evaluasi pendidikan.
Dalam ujian nasional ini guru, siswa dan masyarkat melihat dan merasa tertekan secara psicologis, dimana Ujian Nasional ini sepertinya bagaikan area yang sangat bermasalah dan berbahaya sehingga disana sini ada polisi. polisi dikerahkan dan mengawasi setiap gerak siswa, cukup membuat kita semakin tidak percaya arah dan tujuan pendidikan kita mau seperti apa? mungkin pemerintah lupa bahwa keberhasilan itu bukan karena ditakut – takutkan, atau diawasi dengan ketat? pemerintah lupa bahwa kekuatan hadirnya kejujuran sebagai bentuk moralitas yang hakiki yang lahir atas proses pendidikan yang benar?, kenapa tidak pada pagi hari sebelum ujian dimulai, terlebih dahulu diberikan motivasi tentang kejujuran dan tanggungjawab terhadap apa yang akan dilakukan?, alih – alih demikian di Surabaya diturunkan 174 personil yang akan mengawal soal ujian dan polisi akan datang pada pagi hari sebelum siswa masuk kesekolah. Saya melihat ini hal yang “paling lucu, lucu bin aneh”, walaupun memang benar Ujian ini sangat bermasalah, namun jangan ditambah masalah lagi.
Mestinya pemerintah dengan mengetahui kecurangan, kebocoran yang terjadi harus mengevaluasi kenapa ini bisa terjadi berulang – ulang, dan pelakunya adalah orang yang dekat dengan siswa, sebenarnya pemerintah harusnya sudah mengatahui dan mengambil kebijakan yang lebih tepat bagaimana porses monitoring dan evaluasi yang menjadi standar kelulusan yang paripurna bin komprehensip harus dilakukan sekarnag juga, sehingga tidak memberikan peluang yang lebih besar untuk menorehkan tinta kotor dalam dunia pendidikan kita.
Dari sanki yang diberikan hanya sanki yang bersifat normatif saja, tidak ada yang mampu memberikan efek jera dan kesadaran dalam prilakunya, ini juga memberikan peluang yang besar terhadap kecurangan yang baru. seperti Ujian penggantian dilakukan bagi sekolah yang ketahuan siswanya menerima bocora soal, dan yang aneh ulangan pengganti disekolah yang tidak jujur akan dilaksanakan pada 5 april, (rupublika-29 maret 2010), kejadian keucarangan, kebocoran soal dan lainnya, tidak hanya terjadi tahun ini, tahun yang lalu juga terjadi kebocoran soal dan adanya kunci jawaban yang disebarkan, sekolah sebuah institusi, dan kejadian bisa terjadi demikian, artinya pasti ada masalah dengan pemerintah yang tidak mampu memberikan pertimbangan kenapa harus Ujian Nasional yang dilakukan sampai saat ini juga, artinya secara tidak langsung ini sebuah penolakan yang real bahwa masih banyak sekolah yang belum siap dengan ujian nasional, kaena dengan segala kekurangan yang belum ada. Kalaupun mereka sudah siap secara materil, pendidikm sarana dan lain sebagainya. Ada kemampuan moril yang lebih penting belum tercapai. Namun pemerintah masih kekeh untuk melakukan ini semua. Padahal Ujian Nasional ini tidak hanya satu – satunya jalan untuk mampu meningkatkan kualitas mutu pendidkan kita, dengan demikian terjadilah kecurangan – kecurangan yang menunjukkan kepada kita semua dan dunia bahwa ujian nasional ini “gagal moral”.
Maka sebenarnya pemerintah ini masih bisa memperbaiki citra pendidikan kita dengan mangambil jalan tengah, jalan tengah yang saya maksudkan adalah, pertama silahkan pemerintah melakukan Ujian Nasional namun standar kelulusan itu harus meliputi tiga aspek yang ada seperti kognitif, afektif dan psikomotorik. Tidak kemudian hanya kognitif saja. Kedua, saya sepakat dengan Ujian Nasional ini, namun Ujian Nasional ini sebagai alat ukur pemetaan mutu pendidikan, dengan dimikian maka tindak lanjutnya adalah perlakukan masing – masing daerah sesuai dengan mutu yang ada dengan membuatkan standar umum. Sehingga mudah melakukan pengembangan dan akan bisa melahirkan “keadilan” dalam dunia pendidikan kita. Saya sakin dengan demikian akan lahir kejujuran karena kita bisa memberikan kebutuhan sesuai dengan hak dan kemampuan mereka. Dan kita tidak perlu tergesa – gesa.

Kamis, 25 Maret 2010

Let's Be Fight And Never Ever Give Up..!!!

Segala suatu akan bisa kita kerjakan, selama kita memenuhi beberapa hal yang menjadi pendukung dalam kekuatan kata – kata I Can, dan tentu dalam prosesnya kita akan banyak menemukan onak dan duri serta berhadapan dengan badai – badai ujian yang tiada henti terus menyelimuti kita dalam perjalannya, maka saya mencoba untuk memberikn bebeapa tips jitu dan tangguh dalam menghadapi segalanya dengan menggunakan kode yang saya sebut lima I, antara lain :

1. Yakini bahwa apa yang akan kita hadapi / terima adalah wadah kita untuk menggali potensi yang Allah berikan namun kita tidak sadar dan mungkin belum kita temukan.

2. Pelajari dan Fahami apa yang kita hadapi, karena setiap yang kita hadapi terdapat banyak tantangan bukan masalah, namun disana juga terbentang solusi yang tak disangka, yang akan membuat kita semakin hari semakin kokoh.

3. Hayati, Mulailah dengan berfikir, dan buatlah pertanyaan;
a. Apa yang harus saya lakukan untuk mensukseskan hidup/amanah ini?.
b. Bagaimana saya akan mengerjakannya?.
c. Siapa yang saya akan libatkan?.
d. Dimana tempat yang terbaik untuk saya kerjakan?.
e. Kapan waktu yang terbaik untuk saya lakukan?, dan pertanyaan – pertanyaan lain yang bisa membuat hidup/pekerjaan kita semakin produktif dan optimal.

4. Hadapi, semua pekerjaan memiliki dua kemungkinan, sukses dan gagal, menang dan kalah, namun bukan itu yang menjadi perhatian/target utama kita, yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita menghadapi dan menjalani proses dengan benar, disini akan banyak tantangan dan aral melintang namun yakinkan diri kita, bahwa setiap masalah ada solusinya. Dan setelah masalah itu terbentang luas kemudahannya ”Innama’al Usri Usro”, dan Jangan lari dari masalah, karena bila kita lari akan menjadikan kita pecundang bukan pemenang.
Mari kita renungkan perjalanan yang akan kita hadapi dengan membuat beberapa pertanyaan yang menyadarkan kita.

Kenapa aku diuji?
Surah Al-Ankabut ayat 2-3
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”

Kenapa aku tidak mendapatkan apa yang aku idam idamkan?
Surah Al-Baqarah ayat 216
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu Menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Kenapa ujian seberat ini?
Surah Al-Baqarah ayat 286
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”


Rasa frustasi?
Surah Al-Imran ayat 139
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”

Bagaimana aku harus menghadapinya?
Surah Al-Imran ayat 200
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.”

Bagaimana aku harus menghadapinya?
Surah Al-Baqarah ayat 45
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu ungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',”

Apa yang aku dapat dari semua ini?
Surah At-Taubah ayat 111
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surge untuk mereka.”

Maka ikhwahfillah, selayaknyalah apapun yang kita hadapi kita harus terus belajar untuk bertahan dan terus bertahan.

Surah Yusuf ayat 87
“Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari
rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”

Surah An-Nisaa' ayat 86
“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.”

”seorang pribadi kader yang tangguh adalah kader yang memiliki kekuatan, kematangan dan kedewasaan secara ma’nawiyah, fikriyah, jasadiah, jaringan dan keuangan. Dengan demikian maka ia akan mampu menghadapi tantangannya yang melintang dalam mensukseskan agenda – agenda besarnya”.

Pernahkan ikhwah mendengar cerita tentang katak kecil?
Kisah ini sebagai motivasi kita untuk menjadi lebih berani dan bisa dalam menjalani tantangan dan rintangan yang ada. Kisah ini saya dapatkan disaat ada training motivasi diacara malam bina iman dan taqwa.

Mari kita baca....!!
Cerita tentang katak kecil
Pada suatu hari ada segerombol katak katak kecil yang menggelar lombar lari, tujuannya adalah mencapai puncak sebuah menara yang sangat tinggi, penonton berkumpul bersama mengelilingi menara untuk menyaksikan perlombaan dan member semangat kepada para peserta.
Perlombaan dimulai,…
Secara jujur, tak satupun penonton benar – benar percaya bahwa katak – katak kecil akan bisa mencapai puncak menara,..tiba – tiba terdengar suara,..”Oh jalannya terlalu suliiiiiiiittt”, mereka TIDAK AKAN PERNAH sampai kepuncak.” Tak ada kesempatan mereka untuk berhasil,…yaa menaranya terlalu tinggi…!!
Waktu pun ikut berlarian, dibarengi katak –katak kecil mulai berjatuhan satu persatu, kecuali mereka yang tetap semangat menaiki menara perlahan – lahan semakin tinggi dan tinggi,.penontoon pun bersorak sorai “ terlalu sliiit!! Tak seorang pun akan berhasil” teriak mereka, kemudian terlihat lebih banyak lagi katak kecil lelah dan menyerah, tapi ada SATU yang melanjutkan hingga semakin tinggi dan tinggi,..Ia terlihat tak akan menyerah!
Akhirnya yang lain telah menyerah untuk menaiki menara, kecuali satu katak kecil yang telah berusaha keras menjadi satu – satunya yang berhasil mencapai puncak!
Semua katak kecil yang lain ingin tahu bagaimana katak ini bisa melakukannya?
Seorang peserta bertanya bagaimana cara katak yang berhasil menemukan kekuatan untuk mencapai tujuan? Ternyata……katak yang menjadi pemenang itu “tuli”.
Kata orang bijak dari cerita ini adalah jangan pernah mendengar orang lain yang mempunyai kecenderungan negative ataupun pesimis, karena mereka mengambil sebagian besar mimpimu dan menajuhkannya darimu, selalu pikirkan kata – kata bertuah yang ada, karena segala sesuatu yang kamu dengar dan yang kamu baca bisa mempengaruhi prilakumu, karena itu tetaplah POSITIVE dan yang terpenting, berlakulah “Tuli” jika orang berkata kepadamu bahwa KAMU tidak bisa menggapai cita – citamu. Selalu berfikirlah I CAN DO THIS…
Ikhwah selamat mencoba, sekali lagi saya katakana keep fight, never ever give up!!!

5. Nikmati, apapun hasilnya itu adalah hasil jerih payah yang kita lakukan, semakin besar keyakinan kita, kesungguhan kita, pengorbanan kita, kesabaran dan keikhlasan akan semakian dan terasa besar hasil yang kita dapatkan, mungkin kadang terukur dengan nilai dan benda namun sering kemenngan dan ketenangan itu tak terukur oleh apapun. Dengan hati yang ikhlas semua hasil yang kita dapatkan akan terasa memuaskan, dan bisa jadi bila gagal dalam meraihnya itus hanya akan memberikan waktu untuk kita lebih semangat dan sungguh – sungguh lagi untuk terus belajar dan berusaha karena tiada kesuksesan tanpa kegagalan.

”Pasrah dan ridho atas segala kehendak dan kejadian yang menimpa percaya atas keimanan yang penuh bahwa Allah lah penguasa segala sesuatu di langit dan dibumi, tak pernah Ia menzdolimi hamba-Nya yang mukmin dan selalu memberikan yang terbaik untuk orang – orang sholeh pejuang dijalan-Nya”.

Bangunan yang tinggi menjulang, pohon yang besar, jembatan yang kokoh dan kuat mungkin akan mengajak lisan kita berucap, ”betapa kuatnya bangunan itu, betapa kuatnya pohon ini dan betapa kokohnya jambatan itu”, begitulah kita juga sebagai manusia yang Allah ciptakan dengan segala kafasitas kekuatan dan kekokohannya, ternyata memiliki kekokohan dan kekuatan dalam menjalani hidupnya, kekuatan dan kekokohan yang tiada mampu dilawan, kekuatan yang melebih gunung – gunung tinggi dudunia ini, kekokohan melebihi kokohnya bangunan dan jembatan panjang di nusantara ini, karena manusia memiliki potensi yang sungguh amat luar biasa besar dan hebatnya sampai mampu mengalahkan makhluk lain yang bernama jin. Karena kecerdasan yang diberikan Allah padanya, ” sesungguhnya manusia ini akan lebih pintar, lebih dan lebih mulya dibanding makhluk lain bila ia terus selalu memperbaiki diri dan terus selallu bertahan dalam kebaikannya kepada Sang Segala – Galanya”. Siapa yang tidak mengenal Nabi Sulaiman, dengan kesholehan dan kecerdasan yang Allah berikan ia manfaatkan untuk menghambakan dirinya kepada Allah sebagai ucapan syukur atas nikmat kecerdasan dan kelebihan yang diberikan oleh Allah SWT.
Bagaimana dengan kita saat ini, tentu kita juga memiliki kelebihan dan kekokohan itu karena ternyata kita juga dituntut oleh tugas kita, yaitu tugas yang Allah berikan kepada kita sebagai khalifah fil Ardhi, kemudian kita juga dituntut oleh waktu ”masa muda kita” sebagai generasi yang harus mempersiapkan segala – gelanya karena kita adalah generasi yang akan menggantikan mereka untuk menjadi pemimpin, pemimpin yang akan menjalankan amanah yang sungguh sangat besar pertanggung jawabannya disisi Allah azza wajalla dan ini adalah tanggung jawab yang harus kita terima.
Kita harus kokoh, kokoh aqidah, kokoh ibadah, kokoh akhlaq dan lain sebagainya, menjadi kader yang kokoh dan soleh adalah tuntutan yang harus dimiliki sebagai kader yang akan melanjutkan estapeta dakwah ini, kemudian memperbanyak beramal baik, bermanfaat bagi kehidupan manusia (solehun li nafsi), kemudian setelah itu wa shoolehun lighoirihi, dengan melahirkan dan menciptakan pribadi – pribadi yang unggul, kokoh, sholeh, mandiri dan produktif, menciptakan keluarga yang islami yang menjadi sumber inspirasi dalam merubah masadepan bangsa yang kini tidak jelas arahnya akan kemana, kita akan menciptakan masyarakat yang islami yang akan mengizzahkan islam sepanjang waktu, kita akan mencipatakn negara yang bermoral yang memuliakan nama Allah dan menjadikan islam sebagai aturan dalam kehidupan sehari – hari, dan kita akan menciptakan dunia yang islami yang tiada ada lagi terdengar kedzoliman terhadap ummat manusia.

“Dan Allah telah berjanji kepada orang – orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal – amal sholeh bahwa Dia sungguh – sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagai mana Dia telah menjadikan orang – orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan Dia benar – benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa, mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku, dan barang siapa (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang – orang yang fasik.
(Al-Qur’an Surat An-Nur : 55)

Demikian besar agenda kita, sehingga kita juga akan menyiapkan diri kita menjadi orang – orang yang besar dihadapan Allah, yang akan mengusung dan membawa misi besar ini. Dan dengan hanya berharap kepada yang menciptakan kita akan membuat kita terus dan terus memiliki energy kekuatan dalam perjuangan ini.

Surah At-Taubah ayat 129
“Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Allah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal”.

Disana sudah barang tentu banyak menunggu kita berbagai tantangan dalam menjalankannya, berbagai terpaan dan masalah kehidupan yang akan membuat kita harus kuat, teguh dan kokoh dalam menjalaninya.
Maka kita sebagai agent of change sekaligus agent of leader harus mengatakan I Can dan kemudian didukung oleh segala kekokohan yang mengarahkan kita kepada kesuksesan dunia dan akhirat sehingga kita memiliki kekuatan dan kematangan dari segala sisi kehidupan.

Karena…..
“Nothing Impossible In the World, Everything is Possible if You believe in GOD”

Beginilah Konsep Kehidupan Kita Sebenarnya

Optimisme dalam hidup perlu ditumbuhkan sedini mungkin, apalagi kita sebagai ummat yang Allah ciptakan paling baik bentuknya, dan untuk membawa misi rohmatan lil ’alamin, misi yang mulia, misinya rasul kita, tancapkan pada diri kita, pada hati kita keyakinan yang besar bahwa kita adalah orang yang Allah cintai, yang Allah ridhoi untuk menjadi hamba yang sholeh, mencintai-Nya setulus hati dengan menjual diri kita kepada-Nya dengan segala titipan yang Ia berikan kepada kita, katakan pada diri kita I Can ”saya bisa” not I Can’t (bukan saya tidak bisa), karena setelah itu kita akan mendapatkan hasil yang luar biasa, keyakinan ini akan membawa kita pada semua serba mungkin, tiada ada didunia ini yang tidak mungkin, semua serba bisa tiada ada dunia ini tidak bisa selama kita yakin, kemudian kita memulainya dengan nama Allah, memahaminya, sungguh – sungguh, berkorban, sabar dan ikhlas serta tawakkal kemudian mensyukurinya, dengan demikian semua mungkin dan semua bisa, kecuali beberapa hal yang sudah ditentukan Allah.
Tulislah 100 cita –cita kita, kemudian berprasangka yang baik – baik dan optimis, karena itulah yang akan mendorong kita untuk berupaya mencapainya dan yang lebih luar biasa lagi adalah cita – cita besar itu akan “Menarik” diri kita dalam mempersiapkan segalanya.

“Inni ‘Inda Dzhonni ‘Abdi Be”
Sesungguhnya Aku Sesuai dengan Prasangka Hambaku”
(Hadist Qudsi)

Ikhwah Fillah, Kita akan merasakan energy yang besar datang dari segala punjuru, atas kata – kata yang dengan semangat dan tulus serta yakin kita ucapkan pada lubuk hati yang paling dalam, yang berat akan menjadi ringan, yang jauh akan menjadi dekat, yang sulit akan menjadi mudah dan yang mahal akan menjadi murah.
Maka bercita – citalah yang besar, bermimpilah yang luas sehingga tiada ada ruang sekecil atom pun pada hidup kita, tiada tujuan yang lemah dan tak terukur, karean sesungguhnya KITA BISA, Ambisi yang besar harus dimiliki oleh seorang jundi, da’i dan da’iyah untuk menjadikan pribadi yang sholeh dan mampu mensholehkan orang lain, kemudian tidak sampai disana saja, kita mampu memiliki cita – cita besar yaitu menjadikan dunia ini dunia yang diberkahi oleh ALLAH yaitu ustadziatul alam.
Segala apa yang ada dibumi ini mudah bagi Allah bila kita yakin dan dekat dengan Allah SWT, apa yang ada dibumi dan dilangit miliki Allah Sang Penguasa dan Pencipta, maka mintalah kepada-Nya, karena Dia lah segala galanya, dia akan memberi hamba-Nya yang beriman, meminta dan beramal sholeh, maka dengan demikian miliki karakter optimis dalam hidup, cita cita dan cinta harus terpatri dalam sanubari kita yang dalam.
Milikilah cita – cita besar dan mulia kemudian tancapkan cita – cita dan ambisi mulia itu dalam hati kita, inilah yang disebut moment yang tepat untuk melakukan perbaikan pada diri sendiri, seorang muslim harus punya tekad besar untuk melakukan perbaikan pada dirinya sebagai muslim yang baik, kemudian setelah itu seorang muslim harus mampu membentuk rumah tangga yang menegakkan tauhidullah, yang menjadi salah satu gerbang utama terciptanya masyarakat bermoral sehingga terbentuk warga yang baik yang akan memberikan pengaruh besar terhadap bangsa kita sehingga tanah air indonesia ini diberkahi oleh Allah Sang Maha Pencipta dan ini akan menjadi langkah strategis untuk menciptakan cita – cita besar yaitu melahirkan generasi pemimpin dunia dengan dimulai dari indonesia.
Keyakinan yang besar harus kita miliki kemudian kita harus bisa mengatakan I Can for Can (Saya Bisa untuk Bisa ), Bisa memulai dari Zero to Hero, bisa menjadi agent of change to agent of leader dengan menjadi muslim yang baik, dengan memiliki badan yang sehat, memiliki aqidah yang benar, Bisa memiliki ibadah yang benar, Bisa memiliki akhlaq yang kokoh, memiliki wawasan yang luas, dengan ditopang kesunggguhan yang besar dalam segala aktivitasnya, mampu memberikan perhatian yang besar terhadap waktu yang ada, disiplin dan teratur dalam segala urusan pribadi maupun yang lainnya, sehingga I CAN dan WE CAN menjadi muslim yang BERMANFAAT.

“ Allah lebih mencintai hamba-Nya yang KUAT dari pada hambanya yang lemah,...
Dan bukanlah termasuk orang beriman bila ia tidak bermanfa’at bagi orang lain”

Menjadi hamba yang memiliki keimanan yang dalam, yang mampu berbuat amal sholeh dalam hidupnya, berpartisipasi untuk kebaikan dan berkonstribusi untuk kemuliaan islam. Katakan ikhwahfillah, I Can untuk sukses yaitu sukses yang hakiki menurut Allah, “ dibebaskan dari api neraka dan dimasukkan kedalam syurga”. Katakan I Can (Saya Bisa) dan I Can.
Memiliki cita – cita, mimpi besar tidak cukup sampai disana, namun kita perlu memiliki sesuatu yang mampu mendukung (menopang) ambisi kita dalam hidup ini, sehingga kita tidak hanya bermimpi tanpa ada faktor – faktor pendukung yang akan mampu menjadi kunci keberhasilan dalam mengaflikasikannya.
Dalam Al-Qur’anul Karim, pada surat An-Naml ayat 15 sampai 44 Allah telah memberikan kita pelajaran besar tentang model kepemimpinan dan bekal perjuangan Nabi Sulaiman Alaihissalam. Diantaranya ada empat modal yang menjadi bekal penting yang dimiliki dalam berjuang memimpin kerajaan yang tiada ada kerajaan yang secanggih kerajaan Nabi Sulaiman Alaihissalam.
Pertama, Modal Dasar. Modal dasar ini adalah modal yang sangat penting untuk mendukung segala keberhasilannya dalam menciptakan kedamaian, keadilan dan kesejahteraan dalam hidupnya. Bagaikan kita membangun rumah maka tentu harus ada fondasi yang kuat supaya tak mampu diterjang angin sehingga ia hancur berantakan.
Modal dasar ini terdiri dari ilmu, Roll Model alias Guru, communication skil/langguage dan sumber daya strategis.

“ Iqro’ Bismirobbikallazdi Kholaq”
Kholaqol insanain ‘alaq”Iqro’ wa robbukal akram, alladzi ‘allamabil qolam”
(Q.S. Al-‘Alaq : 1-4)

Tentang Ilmu, Ayat di atas membuktikan bahwa memulai semua pekerjaan dengan jaminan kesuksesan adalah berdasarkan ilmu. Ilmu adalah cahaya yang mampu mangarahkan kita kejalan yang benar, ilmu adalah mencerahkan, menunjukkan jalan yang gelap menuju terang benderang, ilmu adalah dasar utama untuk menggapai cita – cita, ilmu menjadikan yang buram menjadi jelas, ilmu menghilangkan keraguan dan menciptakan keyakinan dalam beramal, ilmu adalah segala – galanya dalam hidup ini, gapailah apa yang di cita – citakan dengan ilmu. Karena ilmu adalah kunci kesuksesan hakiki.

Wawarista Sualimanu dauuda wa qoo la yaa ayyuhannaasu ‘Ullimna mantiqottoiri wa uutinaa min kulli syai’in, inna hadza lahuwal fadlul mubiin”
(Q.S. An-Naml : 15)

Ayat di atas berbicara masalah pengetahuan (‘ilm) ayat 15 surat An-Naml ini menunjukkan bahwa pengetahuan merupakan fondasi pertama dalam kepemimpinan Nabi Sualiman Alaihissalam.
Kata ilmu yang digunakan adalah ‘ilm bukan al-‘ilm yang merupakan isim nakiroh yang bermakna umum (general), bila digunakan lafadz alif lam di awal kata, maka kata tersebut memiliki kategori isim ma’rifah yang spesifik, yakni ilmu tertentu. Dalam ayat tersebut tidak menggunakan alif lam, dengan demikian ilmu yang dimaksud pada ayat tersebut adalah ilmu umum. Berarti ayat tersebut memiliki isyarat bahwa menjadi seorang pemimpin dalam hal ini adalah menguasai ilmu pegetahuan yang banyak. Artinya tidak satu jenis ilmu saja. Ini sangat penting karena seorang yang akan menjadi pemimpin dituntut untuk memiliki wawasan yang luas.

Guru, (Personal Coaching), adalah hal yang harus dimiliki, seorang muslim diwajibkan menuntut ilmu, artinya harus ada orang yang menjadi guru tempat mereka beajar, guru yang mampu menjadi gudang ilmu yang akan membimbing ia hidup dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Yang akan menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah? Yang akan memberikan arahan kepada ketauhidan Allah semata.
Guru bagaikan rembulan dimalam hari, bagaikan matahari disiang hari, bagaikan obor digelapnya hutan belantara, guru adalah penerang hati, penenang jiwa penentram hidup.
Bukti bagaimana Guru adalah segala – galanya dan segala – galanya adalah guru, saya teringat bagaimana guruku tercinta Ust. Murnan, L. Iwan Ashadi, Ust. Wawan. Ust. Firad. Ust. Abdul Latif dan Semua Guru – guru tercinta dengan sabar membimbing kami dalam menjalankan amanah sebagai seorang muslim. Dengan segala kekurangan dan keterbataan yang kami (teman-teman belajar) miliki ia terus berusaha membimbing kami untuk menjadi murid – murid yang sholeh, walaupun sekebon masalah yang melekat dalam hidup yang kami jalani, namun saya sangat bersyukur memiliki guru yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan tanpa upahpun kami berikan, subhanallah, Semoga Allah selalu memberikan kekuatan, kesabaran dan dimudahkan dalam segala urusannya.
Dalam Al-Qur’an surat An-Naml, ayat 16, Allah berfirman : ”dan dia berkata, Hai, Manusia, kami telah diberik pengertian tentang bahasa burung”.
Bahasa orang asing yaitu semut, menunjukkan bagaimana pentingnya bahasa orang asing, karena bila ingin memimpin dunia ini kita dibutuhkan untuk memiliki kemampuan berbahasa.
Dalam manhaj tarbiyah kita, kita sebagai kader dituntut untuk memiliki kemampuan minimal dua bahasa yaitu, bahasa arab dan bahasa inggris. Karena dalam konteks yang lebih luas, kepemimpinan memiliki levelnya tersendiri, dimasing – masing level itu seorang pemimpin harus dapat memahami bahasa yang disepakati oleh masyarakatnya. Dengan contoh bila kita sebagai pemimpin didaerah maka harus menguasai bahasa mereka, begitu juga ditingkat nasional, sedangkan kita sekarnag memiliki tantangan globalisasi dari segala lini kehidupan, maka seharusnyalah kita mampu menguasai bahasa global yang akan menunjang komunikasi kita dengan dunia.
Menjadi pemimpin yang percaya diri dan siap untuk melakukan perbaikan karena adanya dukungan sumber daya strategi, melihat kepemimpinan Nabi Sulaiman dengan diberikan angin sebagai kendaraan yang sangat cepat menjadikan Nabi Sulaiman mampu melakukan ekspansi dakwah kesetiap sudut kekuasaannya. Jin yang siap diperintahkan dengan segala kemampuannya yang luar biasa, mampu menyelam kedasar laut untuk mencari bahan – bahan pembuatan kerajaan, orang berilmu yang sholeh yang siap memindahkan kerjaan ratu bilqis kehadapan Nabi Sulaiman dengan mengalahkan kecepatan Jin Iprit, sekaligus ini menunjukkan bahwa manusia berilmu itu memiliki kelebihan yang luar biasa.
Sumber daya inilah yang menjadikan faktor dasar yang mendukung kepemimpinan nabi Sulaiman alaihissalam.
Modal kedua, yaitu Kompetensi Dasar, yang mendukung modal dasar dalam menguatkan dan menciptakan efektifitas perjuangan untuk lebih produktif dan maju, antara lain : Kemampuan Manajerial, Tanggung Jawab Sosial, Komunikatif dan Mendengar Aktif, Mampu Memverifikasi informasi dan investigasi masalah, Kreatif dan Inovatif, Cerdas Mengambil keputusan, Piawai Berdiplomasi.
Modal Ketiga, Sikap Dasar, ini adalah bentuk dan karakteristik kepemimpinan yang efektif dalam menjalankan amanah dengan profesional. Antara lain : Berani, Disiplin & Tegas, Loyalitas, Spritualitas, Kolektivitas, Kearifan Ekologis.
Modal Keempat, modal ini menjadikan yang lamban menjadi cepat, yang sulit menjadi mudah dan yang jauh menjadi dekat dan serba luar biasa. Ini disebut Daya Dukung, yaitu Manusia Berbakat dan Teknology Canggih.
Manusia – manusia ahli dalam bidangnya, profesionalisme dan amanah dalam pekerjaanya, kemudian dengan technology yaitu angin yang sangat cepat dalam membawa dan memindahkan nabi sulaiman untuk menjalankan misi dakwahnya.

Saatnya kita memulai dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang untuk mengemban amanah-Nya sebagai hamba yang memimpin diri, keluarga, masyarakat, negara dan menjadi pemimpin dunia ini...(bersambung..)

Selasa, 09 Maret 2010

Seorang Kader (Guru) harus memiliki kekokohan Dakwah

Dalam berdakwah banyak hal yang harus kita persiapkan, baik secara ma’nawiyah dan fikiryah, kita membutuhkan bekal keimanan dan kecerdasan dalam berdakwah yang menjadi salah satu bukti kesiapan kita dalam berdakwah, kedalaman iman dan keikhlasan kita akan menjadi cermin dalam perjuangan kita, menekuni dan menjalani dakwah ini kita harus memiliki nafas yang panjang, bekal materi dan moral yang banyak, tenaga yang besar dan kesabaran yang tak pernah kering, karena dakwah ini merupakan pekerjaan yang besar sehingga membutuhkan bekal yang banyak dan besar pula serta harus dilakukan oleh orang yang berjiwa besar.
Melihat amal ini adalah amal yang besar dan mulia disana juga Allah membentangkan banyak tantangan dan ujian bagi para da’i dan da’iyahnya. Karena susungguhnya hasil yang besar hanya bisa dilalui dengan cara dan perjuangan yang besar pula.
Bagaimana sikap Rasulullah terhadap tugas dakwah ini? Dikisahkan dalam sirohnya, beliau pernah mengatakan hal ini kepada pamannya di saat pamannya sangat khawatir terhadap diri Rasulullah SAW.

” Demi Allah SWT,. Sekiranya matahari diletakkan di atas pundakku agar berhenti berdakwah, tidak akan aku tinggalkan sampai Allah SWT. Memutuskan perkaranya, mati dalam dakwah atau kemenangan dakwah”

Mengapa para penyeru kebenaran itu harus berjalan jauh menjelajahi bumi Allah SWT. Kalau bukan karena panggilan dakwah, karena ia tidak hanya menebarkan nilai – nilai dakwah ini di benua Asia saja, tapi terus membuka bumi – bumi Allah sampai di negara kita indonesia ini.
Kita sebagai kader yang kokoh da’awiyahnya tentu akan melakukan dakwah pada keluarga, sampai masyarakat kita, karena bagitulah Rasulullah dan sahabat – sahabiyahnya memulai dakwah dan kemudian dilakukan kepada masyarakatnya, sampai ia mampu membuka dakwah di Afrika dan bahkan sampai Eropa.
Inilah beberapa potret gambaran kekokohan dan semangat juang para salafussholeh dalam mengizzahkan islam dalam menegakkan kalimatul ulya. Laa ilaa ha illallah.
Sang Murobbi
(Izzatul Islam)
Ribuan langkah kau tapaki
Plosok negeri kau sambangi
Tanpa kenal lelah jemu
Sampaikan firman tuhanmu

Terik matahari tak surut kan langkahmu
Deru hujan badai tak runtuhkan azammu
Ragakan terluka tak jerikan nyalimu
Fatamorgana dunia tak silaukan pandangmu
Semua makhluk bertasbih pajatkan ampun bagimu
Semua makhluk berdo’a limpahkan rahmat atasmu

Wahai pewaris nabi luka pana tak berarti
Syurga kekal nan abadi balasan ikhlas dihati
Jera hati kami kau semai nilai nan suci
Tegak Panji ilahi bangkit generasi robbani

Kepahitan tentu ada dalam perjalanan dakwah ini, bagaiman ketika rasul kita yang mulia sampai giginya patah karena melawan musuh – musuh Allah, bagaimana para sahabat yang syahid dimendan jihad, bagaiman Bilal Bin Rabah mempertahankan imannya. Semua itu membutuhkan pengorbanan yang besar hatta nyawapun menjadi taruhannya.
Mari kita merenungi kalimat Allah yang akan membuat kita harus sungguh – sungguh dalam berjuang, yang dinukilkan pada Qur’an Surat Ali – Imran Ayat : 142.

” Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum nyata bagi Allah orang – orang yang berjihad diantara kamu, dan belum nyata orang – orang yang sabar”
(Al-Qur’an Surat Ali-Imran :...)

Perjuangan ini masih panjang, penuh aral yang melintang, onak duri dan beribu – ribu coban dan tantangan yang menghadang, namun juwa kau lalui tuk ilahi dan hanya orang – orang yang sungguh – sungguh dan orang yang bersabarlah yang akan mampu melewati ujian tersebut, hanya orang – orang pilihanlah yang akan mampu memenangkan perjuangan tersebut, hanya orang – orang yang ikhlas dan kuat kesabarannyalah yang akan menuai hasil dari perjungan ini.

” Ikhwah yang ana cintai Karena Allah, Jangan pernah berhenti mengepakkan sayap, biarkan semua cobaan membuat kita kuat, biarkan derasnya terpaan membuat kita gesit berkelit, biarkan jiwa – jiwa optimis membuat kita bijak menyikapi hidup, biarkan jiwa – jiwa sabar menjadi penyejuk ditengah segala duka hingga kelak akan terjawab, mengapa perjuangan itu PAHIT? Karena SYURGA itu MANIS”.